Kamis, 10 September 2015

Tahukah kamu akhir2 ini banyak kejadian mahasiswi UB? Apa permasalahan mahasiswi pada masa kini? Dan seperti apakah mahasiswi seharusnya?


Di masa serba modern ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran maupun inovasi-inovasi baru dikalangan banyak orang. Tidak dapat dipungkiri pengaruh globalisasi sangat berkembang pesat di dunia. Seperti cara seseorang berperilaku, berpenampilan, maupun berkomunikasi. Tidak heran jika tidak lain tidak bukan sesuatu tersebut sangat dikenal oleh kalangan mahasiswa. Yang identiknya mahasiswa adalah seorang yang sangat peka terhadap masalah sekitar (social control). Jika dikaitkan dengan masalah yang lagi hangat-hangatnya muncul di lingkungan Universitas Brawijaya sekarang salah satunya untuk mahasiswi (perempuan). Maka perlu nya kita pahami dan mengingat lagi tentang peranan mahasiswa itu sendiri serta dirinya tentang keperempuanan. Berita yang sedang hangat dibicarakan contohnya seperti kemaren yang sempat menghebohkan, mahasiswi di UB yaitu adanya berita yang mengatakan ada salah satu mahasiswi UB yang dibius oleh temannya sendiri. Namun ternyata, ia dijebak oleh teman perempuannya (sebut saja si A) sendiri. Yakni korban di ajak main, lalu setelah mereka bertemu korban dibius dimasukkan ke dalam sebuah mobil, mobil sang pacar si A tersebut. Setelah  itu korban dibawa ke tempat kost sang pacar kemudian pelaku (sang pacar) melancarkan aksinya dengan melakukan tindakan seksual kepada korban. Setelah beberapa jam kemudian, korban dibawa pulang kembali ke tempat kost nya masih dalam keadaan pingsan. Dan si A dengan sang pacar lantas pergi entah kemana. Namun setelah bangun dari ketidaksadarannya karena dibius tadi, korban merasakan badan yang bengkak-bengkak. Kemudian korban melarikan diri ke kantor polisi dan menceritakan kejadian tersebut. Setelah para pelaku (si A dan pacar) ditangkap oleh pihak kepolisian, si A mengaku bahwa ia melakukannya karena sang pacar sudah mengetahui ketidakperawanannya lagi. Lalu sang pacar meminta si A mencarikan gadis perawan sebagai pemuas seksnya. Karena si A mengaku akan di ancam oleh sang pacar, sehingga si A buta dan gelap mata telah melakukan perbuatan yang keji semacam itu. 
Mengamati kejadian tersebut, penulis berpendapat bahwa telah hilang dan luntur mahasiswa dalam menerapkan dan mengimplementasikan 4 peranan mahasiswa dengan baik. Yang sejatinya itu adalah mahasiswa sebagai Agent of Change, Iron Stock, Sosial Control dan Moral Forces. Apalagi moral yang harusnya dicontohkan baik oleh mahasiswa, akan tetapi perbuatan tercela yang dilakukannya telah menodai moral tersebut. Perempuan seperti insan yang lemah dan mudah dijatuhkan. Apalagi hampir 100% sedikit banyak perempuan menggunakan perasaan ketimbang logika. Inilah yang harus dikontrol oleh para perempuan apalagi jika sekaligus menyandang nama seorang mahasiswi. Saya sebagai mahasiswa sadar bahwa masa depan bangsa ini ada di depan saya, pada kita, mahasiswa Indonesia. Tongkat estafet perjuangan untuk membuat Indonesia lebih baik ada pada kita semua dan kita harus menerimanya. Mahasiswa adalah agen perubahan dan harus mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai perempuan dan mahasiswa jangan mau terjebak dengan memfokuskan diri untuk menjadikan diri sebagai kesenangan belaka maupun nafsu sesaat. Indonesia butuh perempuan cerdas yang bisa berkontribusi untuk bangsa dan perdamaian dunia.
Mahasiswi pada masa kini, telah banyak menghilangkan sebuah pemahaman dirinya sebagai seorang mahasiswa. Kemunduran peran mahasiswi ini, bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal itu bersumber dari dalam diri mahasiswi itu, berkaitan dengan kurangnya motivasi maupun kesadaran dari dalam jiwa. Serta mindsite yang mengatakan bahwa perempuan selalu dipandang lemah. Sedangkan pada kali ini akan diungkapkan masalah eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar tubuh seseorang seperti teman, pacar, serta pola kegiatan yang dilakukan. Kecanggihan teknologi turut mensponsori turunnya minat baca mahasiswi, karena kewajiban itu telah bergeser ke kebiasaan yang dirasa lebih “menyenangkan” bagi mahasiswi, seperti kecanduan jejaring sosial, nge-rumpi, seks dan sebagainya.
Solusi yang mampu diberikan penulis ialah, Mahasiswi harus mampu menunjukkan bahwa mereka adalah agen yang siap menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di dalam diri jiwanya, serta mampu memberikan contoh yang baik sesama perempuan/generasi lainnya, lingkungan sekitar, masyarakat dan siap memberikan gagasan cerah dengan sikap optimisnya pada saat menghadapi suatu persoalan. Atau minimal, mahasiswi harus jeli melihat sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai sebuah permasalahan. Kebiasaan kebiasaan lama yang telah tergerus hendaknya kembali dibangun, dengan mengurangi kegiatan kegiatan yang merugikan diri sendiri dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, agar peran mahasiswa itu dapat tercapai.

Jangan bagikan apa yang orang lain ceritakan. Tapi bagikan apa yang telah kita lakukan dan kita terapkan. Sesuatu yang bernilai: untuk dibaca, untuk dibagikan, untuk ditautkan dan sebagai sumber pembelajaran, dan Anda tidak perlu menunggu sampai tiba saat yang sempurna! -Halimatus Sa’diyah-