Dulu
sekalipun kata itu tak pernah terdengar di telingaku. Dahulu tak pernah
terlintas dalam bayangan impianku bahwa saya akan masuk organisasi yang seperti
itu. Karena dari kecil sampai berumur 17th saya sama sekali tidak diajarkan
didalam dunia pendidikan sekolah semacam itu. Tapi... setelah beranjak dewasa
dan kuliah, pertama kalinya saya dikenalkan oleh nama yang seperti itu,
organisasi seperti itu..
HmI singkatan
dari Himpunan Mahasiswa Islam. HmI adalah sebuah organisasi islam dengan pergerakan-pergerakan
perjuangan. Dari zaman kemerdekaan dulu HmI ini terbentuk di yogyakarta. Hingga
melahirkan tokoh-tokoh yang sangat luar biasa seperti Jusuf Kalla, Ridwan
Kamil, Akbar Tanjung dsb.
Saya yang dahulu dikejar-kejar
oleh kakak senior untuk masuk hmi, sampai-sampai diajak ke sebuah gupuk yang
namanya “Gubuk Perjuangan” dan disaat itu saya langsung berpikir bahwa tempat
itu adalah tempat belajar ospek untuk mahasiswa baru waktu itu, namun...
Seiring berjalannya roda waktu, tempat itu ternyata dijadikan sebagai kediaman
anak hmi untuk belajar dan beraktualisasi. Saya begitu terlena waktu itu oleh
ajakan dan rayuan kakak senior, hingga tidak sadar bahwa saya akan dijadikan
kader di HmI. Begitu sangat polosnya saya saat itu... dikampus pun juga begitu,
saya anggap bangku perkuliahan sama seperti sekolah sd,smp,sma tapi mungkin
yang membedakan adalah hanya pengajarannya saja. Tapi ternyata feelingku selama
itu salah besar. Saya yang begitu polos, dan juga yang begitu bodoh kalau dunia
kampus penuh dengan kerlap-kerlip warna yang menyoroti ke arah politik. Mereka
semua beraktualisasi dikampus membawa kepentingan dari setiap golongan-golongan
dengan mengatasnamakan agama. Apa yang mereka cari sebenarnya? Sampai mereka
semua merasa benar dengan membawa agama. Padahal organisasi yang mereka anut
dengan mengatasnamakan agama adalah satu atap yaitu Islam. Mungkinkah saya
salah tempat?
Namun lama-kelamaan saya mungkin
mulai terbiasa dengan hal itu. Akan tetapi, saya sampai sekarang belum percaya
kalau masih bisa bertahan sampai saat ini. HmI dan Perguruan Tinggi adalah dua
hal yang tak bisa dihilangkan oleh mahasiswa. Dimanapun HmI pasti ada dikampus,
dan dimanapun kampus bagiku adalah HmI. Dua hal yang bener-bener mahasiswa baru
harus mereka ketahui. Bahwa tak selamanya mereka harus menjadi mahasiswa
abu-abu atau penuh dengan ketidakjelasan. Bagiku, saya punya sesuatu setelah
masuk hmi. Walaupun saya dulu mengira, saya terpaksa masuk HmI.
Mungkin saya
sampai pernah menyesal masuk HmI, tapi itu hanya penyesalan sesaat. Saya sudah
tercebur, maka sekalian saya basah dan berenang. Saya merasakan ada suatu
kekeluargaan yang lengket didalamnya dan saya merasa bahwa fikiranku setelah
masuk HmI tertata rapi sebagai masa depan. Hingga saya betah ditempat itu sampai
sekarang. Mungkin bisa dikatakan dari situ karena saya mulai mencintai HmI.
Karna ada keluarga, ada perjuangan didalam tempat itu. Sampai sekarang saya
heran dengan diri sendiri, saya malah tidak ingin pergi dari tempat itu. Saya
ingin berkontribusi penuh didalamnya, saya ingin mewujudkan cita-citaku yang
ingin menjadi seorang pemimpin seperti bu risma dengan berawal di HmI. Kata
hati memang tak bisa dibohongi. Saya menemukan keluarga baru disitu. Dari
angkatan 2011,2012,2013,2014. Awal-awal saya begitu bahagia dengan mereka
semua, karena tidak ada kader yang hilang seperti sekarang. Namun... saya juga
sangat sering sedih jika mengingat mereka semua. Apalagi 2014 angkatanku,
sekarang sudah banyak yang hilang dan tidak pernah lagi ke Gubuk
Perjuangan.
Suatu ketika
saya bertanya kepada salah satu kakak senior tentang ini, dan ia menjawab,
bahwa ini sudah merupakan seleksi hukum alam, sudah tradisi dari dahulu jika
ada kader yang sudah tidak aktif lagi atau pasif dalam HmI. Beliau juga
mengatakan, HmI adalah tempat berproses. Jika ingin belajar maka berproseslah
tanpa menghiraukan waktu. Apa yang kamu inginkan dan ingin lakukan maka
lakukanlah. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah seorang kader HmI, tetaplah
berada dalam tujuan HmI itu sendiri. Kata-kata itu sungguh mengingatkanku bahwa
siapa saya dan apa yang seharusnya saya sebagai seorang kader lakukan. Saya
telah berjanji akan berjuang dengan sebisa saya lakukan, kalaupun saya merasa
tidak bisa namun saya akan berusaha terlebih dahulu. Yakinkan dengan niat,
sampaikan dengan usaha. YAKUSA!!!
1 komentar:
Bagus kak. Lanjutkan ! Yakusa ;-)
Posting Komentar