Selasa, 09 Juni 2015

Apa sih HMI? Kenapa kamu harus ada di HMI


Dulu sekalipun kata itu tak pernah terdengar di telingaku. Dahulu tak pernah terlintas dalam bayangan impianku bahwa saya akan masuk organisasi yang seperti itu. Karena dari kecil sampai berumur 17th saya sama sekali tidak diajarkan didalam dunia pendidikan sekolah semacam itu. Tapi... setelah beranjak dewasa dan kuliah, pertama kalinya saya dikenalkan oleh nama yang seperti itu, organisasi seperti itu..
HmI singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam. HmI adalah sebuah organisasi islam dengan pergerakan-pergerakan perjuangan. Dari zaman kemerdekaan dulu HmI ini terbentuk di yogyakarta. Hingga melahirkan tokoh-tokoh yang sangat luar biasa seperti Jusuf Kalla, Ridwan Kamil, Akbar Tanjung dsb.
Saya yang dahulu dikejar-kejar oleh kakak senior untuk masuk hmi, sampai-sampai diajak ke sebuah gupuk yang namanya “Gubuk Perjuangan” dan disaat itu saya langsung berpikir bahwa tempat itu adalah tempat belajar ospek untuk mahasiswa baru waktu itu, namun... Seiring berjalannya roda waktu, tempat itu ternyata dijadikan sebagai kediaman anak hmi untuk belajar dan beraktualisasi. Saya begitu terlena waktu itu oleh ajakan dan rayuan kakak senior, hingga tidak sadar bahwa saya akan dijadikan kader di HmI. Begitu sangat polosnya saya saat itu... dikampus pun juga begitu, saya anggap bangku perkuliahan sama seperti sekolah sd,smp,sma tapi mungkin yang membedakan adalah hanya pengajarannya saja. Tapi ternyata feelingku selama itu salah besar. Saya yang begitu polos, dan juga yang begitu bodoh kalau dunia kampus penuh dengan kerlap-kerlip warna yang menyoroti ke arah politik. Mereka semua beraktualisasi dikampus membawa kepentingan dari setiap golongan-golongan dengan mengatasnamakan agama. Apa yang mereka cari sebenarnya? Sampai mereka semua merasa benar dengan membawa agama. Padahal organisasi yang mereka anut dengan mengatasnamakan agama adalah satu atap yaitu Islam. Mungkinkah saya salah tempat? 
Namun lama-kelamaan saya mungkin mulai terbiasa dengan hal itu. Akan tetapi, saya sampai sekarang belum percaya kalau masih bisa bertahan sampai saat ini. HmI dan Perguruan Tinggi adalah dua hal yang tak bisa dihilangkan oleh mahasiswa. Dimanapun HmI pasti ada dikampus, dan dimanapun kampus bagiku adalah HmI. Dua hal yang bener-bener mahasiswa baru harus mereka ketahui. Bahwa tak selamanya mereka harus menjadi mahasiswa abu-abu atau penuh dengan ketidakjelasan. Bagiku, saya punya sesuatu setelah masuk hmi. Walaupun saya dulu mengira, saya terpaksa masuk HmI.
Mungkin saya sampai pernah menyesal masuk HmI, tapi itu hanya penyesalan sesaat. Saya sudah tercebur, maka sekalian saya basah dan berenang. Saya merasakan ada suatu kekeluargaan yang lengket didalamnya dan saya merasa bahwa fikiranku setelah masuk HmI tertata rapi sebagai masa depan. Hingga saya betah ditempat itu sampai sekarang. Mungkin bisa dikatakan dari situ karena saya mulai mencintai HmI. Karna ada keluarga, ada perjuangan didalam tempat itu. Sampai sekarang saya heran dengan diri sendiri, saya malah tidak ingin pergi dari tempat itu. Saya ingin berkontribusi penuh didalamnya, saya ingin mewujudkan cita-citaku yang ingin menjadi seorang pemimpin seperti bu risma dengan berawal di HmI. Kata hati memang tak bisa dibohongi. Saya menemukan keluarga baru disitu. Dari angkatan 2011,2012,2013,2014. Awal-awal saya begitu bahagia dengan mereka semua, karena tidak ada kader yang hilang seperti sekarang. Namun... saya juga sangat sering sedih jika mengingat mereka semua. Apalagi 2014 angkatanku, sekarang sudah banyak yang hilang dan tidak pernah lagi ke Gubuk Perjuangan.   
Suatu ketika saya bertanya kepada salah satu kakak senior tentang ini, dan ia menjawab, bahwa ini sudah merupakan seleksi hukum alam, sudah tradisi dari dahulu jika ada kader yang sudah tidak aktif lagi atau pasif dalam HmI. Beliau juga mengatakan, HmI adalah tempat berproses. Jika ingin belajar maka berproseslah tanpa menghiraukan waktu. Apa yang kamu inginkan dan ingin lakukan maka lakukanlah. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah seorang kader HmI, tetaplah berada dalam tujuan HmI itu sendiri. Kata-kata itu sungguh mengingatkanku bahwa siapa saya dan apa yang seharusnya saya sebagai seorang kader lakukan. Saya telah berjanji akan berjuang dengan sebisa saya lakukan, kalaupun saya merasa tidak bisa namun saya akan berusaha terlebih dahulu. Yakinkan dengan niat, sampaikan dengan usaha. YAKUSA!!!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bagus kak. Lanjutkan ! Yakusa ;-)