Menulis adalah proses bertanggungjawab
karena harus megambil keputusan dan menanggung resiko. Menulis adalah
memutuskan untuk tidak lagi mengembara bersama gagasan-gagasan. Tulisan memaksa
subyek untuk memilih satu konsep di antara banyak kemungkinan. Tulisan akan
melahirkan kekecewaan atau kepuasan. Orang takut menulis atau tidak mampu
menulis karena tidak menemukan konsep yang memadai. Membiarkan diri terbuai
oleh keindahan fatamorgana gagasan-gagasan yang masih berkeliaran dalam
kesadaran adalah menyenangkan karena tidak dituntut. Orang takut kecewa karena
begitu gagasan-gagasan terpateri dalam tulisan, ternyata bisa tidak seindah
ketika masih mengembara dalam bayangan.
Malu karena tidak secanggih ketika
masih dalam kesadaran. Ada orang yang cerdik bertutur-kata, tapi tidak bisa
menulis. Prinsip kehancuran yang melekat pada tulisan (asumsi dekontruksi)
semakin kentara bila tulisan tidak konsisten, logika rancu, pilihan kata tidak
tepat. Tulisan sarat dengan sejarah, bisa menyingkap pengkhianatan gagasan dan
bisa memergoki sikap ahistoris penulis. Dengan penelusuran semacam ini
kelihatan bahwa filsafat tidak bisa direduksi hanya pada teori-teori atau
tesis-tesis karena teks-teksnya tidak pernah langsung sekali ditulis. Ada
proses yang harus dilewati: pemilihan kata, penggantian, koreksi, perpindahan,
pembalikkan. Kesesatan logika tidak bisa ditutupi dengan improvisasi seperti
dalam wicara. Kejernihan berfikir tercermin didalam pilihan kata, keteraturan
gramatika dan urutan gagasan. Pembedaan antara penanda dan petanda tidak mampu
lagi menjelaskan apa yang membuat teks menjadi teks (M.Goldschmit,2003:35).
Tulisan membentuk teks. Dalam ucapan,
menurut para pemikir idealis atau mereka yang masih dalam palungan metafisika,
makna itu seakan melekat dengan maksud pewicara, makna identik dengan pemikiran
dan kesadaran. La differance (bukan difference) manandai pembalikan dimana
tulisan mengambil jarak terhadap ucapan/wicara karena dalam la differance tercipta
jarak yang tertulis, yaitu huruf “a” yang tidak dapat didengar, yang lepas dari
suara. Jarak ini mengingatkan bahwa tulisan adalah yang ditahan, yang belum
pernah didengar oleh logocentrisme. La differance adalah sesuatu tang tak bisa
dihadirkan oleh suara, karena ia itu bisu, diam, dimana-mana aktif, tidak hadir
dimanapun (Derrida, 1972:6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar