Selasa, 09 Juni 2015

BERSAMA HUJAN, AKU BERCERITA SEBUAH PERBEDAAN


Hujan disore itu.. aku berjalan dengan kesendirian, berjalan dengan arah yang tak aku tahu. Waktu itu, seusai pulang kuliah.. aku meratapi kejadian yang terjadi padaku. Aku hanyalah manusia biasa, wanita yang sedih, hingga di sore itu langit pun ikut menangis melihatku. Hujan di sore hari, menemaniku. Siapa aku ini? Hingga mereka begitu kejam terhadapku. Apa yang telah aku perbuat? Hingga mereka tak mau menolehku. Padahal jauh sebelum hari itu, tanggal 27 april 2015, mereka masih mau bercanda dan bertukar cerita denganku. Lantas di hujan sore itu, sambil aku berjalan menyusuri suatu jalan aku merenungkan kejadian tersebut.
 Hujan disore itu tak mau berhenti, padahal aku juga tak melihatnya dengan kepala melihat ke atas. Aku berjalan hanya dengan kepala tertunduk lesu kebawah. Tiba-tiba hujan pun menangis bersamaku. Aku bercerita pada bayang-bayang diriku sendiri dan diriku juga yang menjawabnya. Banyak sekali pertanyaan yang aku tak mampu mengerti jawabannya. Aku adalah seorang mahasiswa. Aku juga adalah seorang organisatoris. Bagiku, kuliah tidak akan mampu berhasil apabila selama aku duduk dibangku perkuliahan aku tak mendapatkan apa-apa setelah lulus nanti. Maka dari itu, aku sadar aku haruslah juga perlu mempunyai pengalaman lebih ketimbang selalu duduk mendengarkan dosen berbicara didepan kelas, setelah selesai kuliah lantas pulang. Aku bukan lah orang yang seperti itu. Aku bukanlah orang individual, aku tidak mampu menjadi diriku sekarang tanpa orang lain. Meskipun mahasiswa baru, aku telah aktif diberbagai lembaga yang ada dikampus. Contoh saja, saat ini aku menjabat sebagai staff aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa di fakultas. Dengan begitu bangga, aku mulai berkenalan dan bekerja bersama-sama dengan mereka semua untuk mewujudkan fakultas yang lebih baik. Namun.. apalah, orang-orang didalamnya membawa kepentingan golongan mereka masing-masing. Organisasi yang mereka bawa mengatasnamakan agama, hingga mereka semua merasa paling benar. Aku tahu, aku adalah termasuk orang dalam golongan salah satu tersebut. Yang dimaksud golongan yang ada dikampus ialah seperti organisasi luar kampus. Misal HMI, KAMMI, PMII, GMNI, dan sebagainya. Semua organisasi itu mampu beraktualisasi ke dalam kampus dan membawa visi misinya masing-masing. Layaknya yang ada di Indonesia seperti partai politik yaitu PDIP, Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, dan lain sebagainya. Ketika berada di kampus, mahasiswa yang sensitif telinganya atau mengetahui tentang hal itu akan menyampaikan pendapatnya melalui kritik-kritik yang pro ataupun kontra. Namun aku ingin bersikap profesional menjalankan tugasku walaupun hanya menjabat staff disitu.
Waktu terus berlanjut, aku pun juga terus berjalan di hujan sore itu. Aku tak menghiraukan diriku diguyur hujan. Bagiku.. hujan pada waktu itu mampu mengerti dan menemaniku disaat aku dalam keadaan seperti itu. Aku terus bertanya-tanya, apa salahku kepada mereka? Apakah aku harus berhenti sejenak, lantas melihat ke atas disaksikan hujan yang turun waktu itu, dan berkata ini lah takdirku? Dalam sadarku, aku menjawab TIDAK! Aku melanjutkan perjalananku, lalu aku berhenti kembali, dan apakah aku harus melihat ke atas disaksikan hujan yang turun waktu itu, INI SEMUA SALAHKU? Sadarku pun lalu menjawabnya TIDAK! Lantas aku hanya bisa menangis.. menangis bersama hujan. Akhirnya, aku mau melihat ke atas memandang langit bersama turunnya hujan, aku lalu berkata kepada-Nya “Jangan jauhkan mereka denganku, karena hal yang sepele seperti ini tuhan.. kembalikan kawan-kawanku seperti dulu. Kawan yang senantiasa tulus mengabdi bersama. Jika yang salah adalah golongan yang aku anut, maka jauhkan golongan tersebut dariku”. Sungguh seperti tertusuk jarum hati ini jika mereka yang pernah dekat denganku tiba-tiba setelah mengetahui aku termasuk anak golongan-golongan tertentu lalu mereka menjauh bahkan menghilang.

Tidak ada komentar: