Hujan disore
itu.. aku berjalan dengan kesendirian, berjalan dengan arah yang tak aku tahu.
Waktu itu, seusai pulang kuliah.. aku meratapi kejadian yang terjadi padaku.
Aku hanyalah manusia biasa, wanita yang sedih, hingga di sore itu langit pun
ikut menangis melihatku. Hujan di sore hari, menemaniku. Siapa aku ini? Hingga
mereka begitu kejam terhadapku. Apa yang telah aku perbuat? Hingga mereka tak
mau menolehku. Padahal jauh sebelum hari itu, tanggal 27 april 2015, mereka
masih mau bercanda dan bertukar cerita denganku. Lantas di hujan sore itu,
sambil aku berjalan menyusuri suatu jalan aku merenungkan kejadian tersebut.
Hujan
disore itu tak mau berhenti, padahal aku juga tak melihatnya dengan kepala
melihat ke atas. Aku berjalan hanya dengan kepala tertunduk lesu kebawah.
Tiba-tiba hujan pun menangis bersamaku. Aku bercerita pada bayang-bayang diriku
sendiri dan diriku juga yang menjawabnya. Banyak sekali pertanyaan yang aku tak
mampu mengerti jawabannya. Aku adalah seorang mahasiswa. Aku juga adalah
seorang organisatoris. Bagiku, kuliah tidak akan mampu berhasil apabila selama
aku duduk dibangku perkuliahan aku tak mendapatkan apa-apa setelah lulus nanti.
Maka dari itu, aku sadar aku haruslah juga perlu mempunyai pengalaman lebih
ketimbang selalu duduk mendengarkan dosen berbicara didepan kelas, setelah
selesai kuliah lantas pulang. Aku bukan lah orang yang seperti itu. Aku
bukanlah orang individual, aku tidak mampu menjadi diriku sekarang tanpa orang
lain. Meskipun mahasiswa baru, aku telah aktif diberbagai lembaga yang ada
dikampus. Contoh saja, saat ini aku menjabat sebagai staff aktif di Badan
Eksekutif Mahasiswa di fakultas. Dengan begitu bangga, aku mulai berkenalan dan
bekerja bersama-sama dengan mereka semua untuk mewujudkan fakultas yang lebih
baik. Namun.. apalah, orang-orang didalamnya membawa kepentingan golongan
mereka masing-masing. Organisasi yang mereka bawa mengatasnamakan agama, hingga
mereka semua merasa paling benar. Aku tahu, aku adalah termasuk orang dalam
golongan salah satu tersebut. Yang dimaksud golongan yang ada dikampus ialah
seperti organisasi luar kampus. Misal HMI, KAMMI, PMII, GMNI, dan sebagainya.
Semua organisasi itu mampu beraktualisasi ke dalam kampus dan membawa visi
misinya masing-masing. Layaknya yang ada di Indonesia seperti partai politik
yaitu PDIP, Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, dan lain sebagainya. Ketika berada di
kampus, mahasiswa yang sensitif telinganya atau mengetahui tentang hal itu akan
menyampaikan pendapatnya melalui kritik-kritik yang pro ataupun kontra. Namun
aku ingin bersikap profesional menjalankan tugasku walaupun hanya menjabat
staff disitu.
Waktu terus
berlanjut, aku pun juga terus berjalan di hujan sore itu. Aku tak menghiraukan
diriku diguyur hujan. Bagiku.. hujan pada waktu itu mampu mengerti dan
menemaniku disaat aku dalam keadaan seperti itu. Aku terus bertanya-tanya, apa
salahku kepada mereka? Apakah aku harus berhenti sejenak, lantas melihat ke
atas disaksikan hujan yang turun waktu itu, dan berkata ini lah takdirku? Dalam
sadarku, aku menjawab TIDAK! Aku melanjutkan perjalananku, lalu aku berhenti
kembali, dan apakah aku harus melihat ke atas disaksikan hujan yang turun waktu
itu, INI SEMUA SALAHKU? Sadarku pun lalu menjawabnya TIDAK! Lantas aku hanya
bisa menangis.. menangis bersama hujan. Akhirnya, aku mau melihat ke atas
memandang langit bersama turunnya hujan, aku lalu berkata kepada-Nya “Jangan
jauhkan mereka denganku, karena hal yang sepele seperti ini tuhan.. kembalikan
kawan-kawanku seperti dulu. Kawan yang senantiasa tulus mengabdi bersama. Jika
yang salah adalah golongan yang aku anut, maka jauhkan golongan tersebut
dariku”. Sungguh seperti tertusuk jarum hati ini jika mereka yang pernah dekat
denganku tiba-tiba setelah mengetahui aku termasuk anak golongan-golongan
tertentu lalu mereka menjauh bahkan menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar